Membangun Habit (Kebiasaan)
14/11/2022
Dilihat 255 KaliPernahkah Anda menonton teman-teman yang sedang fitness? mereka membangun otot secara bertahap dalam latihan.
Misalnya saat memulai fitness, gak langsung lakukan latihan berat, tapi biasanya pemanasan badan dulu. Mulai pake treadmill dulu. Supaya jantungnya tidak kaget.
Masuk ke sesi angkat beban, latih angkat bebannya gak langsung berat, tapi mulai dari satuan berat barbel terkecil dulu, pelan-pelan dinaikkan, terus dan terus. Dalam sesi latihan ke latihan.
Kenapa harus bertahap? karena memang tubuh ini perlu membangun kekuatan otot. Otot yang masih 1 kg-an, bisa kaget dan cedera kalo langsung angkat 10 kg barbel.
Kenapa juga harus bertahap? Karena untuk memudahkan peserta latih juga. Yang sudah biasa angkat 5kg, naik ke 6kg an ya gak kaget. Memang nambah berat, nambah effort, tapi terukur. Lebih bijak ke otot.
Dengan pola pentahapan seperti ini, keselamatan diri juga akan terjaga dan bisa terus menerus latih beban. Akan lebih kontinu dan naik secara berlahan-lahan.
Logika fitness ini sama dengan membangun habit diri.
Awal-awal ingin banyak menulis. Satu hari siapkan konten untuk tiga sampai empat kanal, gak sampai sepekan udah bubar, karena otot fikiran dan dirinya belum terlatih.
Maka aku mencoba 6di jaski terlebih dahulu. mewajibkan 1 konten saja per hari, konten yang berhubungan dengan jaski. Itu dulu. Setiap pagi, sudah sebulan lebih.
Lalu setelah terasa ringan, aku mulai start untuk kembali nulis bisnis dan manajemen di grup. Nambah 1 beban dulu. Jadi tiap pagi nulis 2 artikel. setelah 3 bulan hanya menulis 1 artikel, kini naik jadi 2.
Mungkin perlu waktu 3 bulanan berikutnya untuk nambah 1 tugas lagi setiap pagi, Saya ada rencana bangun kanal gagasan sosial-ekonomi-politik. Entah lewat jalur yang mana. Tapi itu nanti saja, jika dua hal ini sudah konsisten dalam sekitaran 150 hari kedepan.
Jika latih beban saja bertahap dan membangun habit saja bertahap, apalagi dalam aktivitas bisnis, alangkah baiknya juga bertahap.
Mengapa banyak bisnis yang jatuh ketika memutuskan berkembang lebih besar? Salah satunya tidak siapnya otot manajemen dalam memanggul beban tambahan.
Manajemen inti perusahaan hanya terbiasa kelola 10 outlet, kaget ketika dalam waktu 6 bulan harus mengelola 200 outlet tambahan. Otot manajemennya gak siap.
Tim manajemen rantai pasoknya terbiasa dengan produksi 10.000 pcs per hari, tiba-tiba dinaikkan agresif 100.000 pcs per hari dalam waktu singkat, pasti rantai pasok kaget, belum tentu supplier siap.
Tim HR terlatih untuk mengelola 10 kepala cabang, seketika bertambah jadi 100 kepala cabang, tentu pengelolaannya lebih repot, harus membangun pos manajemen tengah untuk memediasi, mungkin harus dibangun kepala region per wilayah, yang mengontrol 10-20 cabang.
Intinya adalah kesiapan otot manajemen. Otot manajemen juga perlu dilatih untuk angkat beban kerja. Jangan dibuat kaget. Jangan dipaksa. Jangan ngoyo. Nanti cedera otot. Repot.
Comments